Kamis, 17 Maret 2011

Nembrala pantai dari selatan (Pulau Rote)

selancarGriyawisata.com, Pantai Nemberala di Kec. Rote. Pantai ini sudah dikenal oleh para wisatawan lokal, dan juga secara luas oleh para wisatawan Amerika, Eropa dan sebagainya.
Untuk mencapai ke pantai ini, jarak tempuh dari ibu kota Ba’a lebih 30 km dengan menggunakan Bus atau Mikrolet dengan kondisi jalan yang cukup memadai.
Keindahan pantai ini terlihat pada gelombang lautnya yang tinggi sehingga wisatawan dapat melakukan olah raga Surfing (selancar). Ombaknya sangat bagus dan menarik dengan 8 kali gulungan. Pantai ini juga merupakan pantai pasir putih yang indah dan menawan.[wlmn]

Nemberala, Rote

Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam dengan Feri express dilanjutkan dengan perjalanan motor 1 jam, akhirnya kami berempat dapat melihat pintu gerbang desa ‘Selamat Datang di Pantai Wisata Nemberala’.
Ada beberapa hotel dan homestay di sekitar pantai Nemberala dengan tarif mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu per malam, tapi akhirnya kami memilih penginapan milik Pak Thomas dengan pertimbangan sedang tidak ada pengunjung dan juga murah.

Desa Wisata Nemberala terletak di tepian pantai termasuk kecamatan Rote Barat Daya. Desa ini berpenduduk lumayan padat dengan bentuk rumah yang sebagian besar sudah berplester dan beratap seng, hanya sebagian yang masih menggunakan bebak dan atap alang-alang. Secara sepintas warga di desa ini termasuk berkecupan jika dibandingkan dengan beberapa desa yang sebelumnya kami lewati, menurut penuturan pak Thomas, kesejahteraan warga di sini ditopang dari komoditi rumput laut yang ditanam di sepanjang pantai Nemberala. Di sepanjang jalan dan juga di sekitar rumah warga terdapat pohon kelapa yang menjulang tinggi dan daunnya saling merapat sehingga meneduhkan sebagian besar desa ini. Di sore hari, beberapa orang yang sebagian besar perempuan paruh baya terlihat menyisir tepian pantai dengan berbekal karung ataupun keranjang yang terbuat dari tali buatan sendiri di pundak. Dengan seksama mereka mencari dan memunguti potongan-potongan rumput laut yang terbawa ombak hingga ke tepian pantai. Jika karung atau keranjang mereka penuh, maka mereka beranjak pulang untuk menjemur rumput laut tersebut.
Suasana yang sama juga terlihat di pantai di pagi hari, bahkan lebih banyak lagi orang yang berada di pantai karena selain para pencari rumput laut juga terdapat orang-orang yang sedang membersihkan atau sekedar memeriksa tanaman rumput laut mereka di pinggiran laut. Suasana ini semakin ramai oleh banyaknya binatang anjing dan babi yang berkeliaran di pantai.
Pantai Nemberala sudah lama dikenal sebagai tempat berselancar bagi turis mancanegara, sebagian besar turis yang datang di sini berasal dari Australia dan menginap rata-rata seminggu hanya untuk bermain gelombang air laut. Biasanya musim padat pengunjung di desa Nemberala adalah mulai pertengahan Juli hingga bulan September. Ombak di sini memang cukup ideal bagi peselancar, karena ombaknya yang cukup panjang dan lumayan tinggi menurut para peselancar memberi kepuasan tersendiri dalam bermain papan selancar. Hal ini ditunjang juga dengan indahnya pantai yang masih tergolong alami dengan rumah-rumah penduduk yang sebagian masih tradisional menambah nilai tersendiri sebagai tempat tujuan wisata pantai. Hanya saja
Akses jalan dari Ba’a menuju desa ini memang sedikit menghambat perjalanan wisatawan. Selain jaraknya yang lumayan jauh juga kondisi jalan yang lebih banyak rusak.
Selama 3 hari 2 malam berlibur di desa Nemberala cukup memuaskan kami berempat. Kami telah mengunjungi beberapa tempat wisata yang semuanya di kawasan pantai. Ada Pantai Boa yang disiapkan khusus untuk festival surfing dengan gelombangnya yang cukup dekat dengan bibir pantai. Kami juga mengunjungi pantai Fimok yang memiliki batu karang yang menyerupai pintu gerbang. Kami juga telah merasakan nikmatnya mandi dan bermain di pantai Nemberala bersama para peselancar asing, bahkan dengan berbekal papan selancar sewaan dari pak Thomas kami mencoba belajar berselancar meskipun tidak pernah bisa berdiri di atas ombak. Sebelum mengakhiri perjalanan di Rote kami sempatkan untuk melihat batu Termanu yang berupa gundukan bukit batu yang menjulang tinggi di tepi laut. Namun sayangnya perjalanan kami diakhiri dengan keterlambatan kapal feri di pelabuhan pantai baru hingga 3 jam



busy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar